Flashback ke masa kehamilan anak pertama saya, saya begitu percaya diri tingkat dewi untuk mampu menyusui anak saya. Namun ternyata kenyataan tidak seindah harapan. Setelah saya melahirkan secara normal, saya dipindahkan ke kamar rawat inap. Dikarenakan saya melahirkannya pukul 23.00 tentu saja setelah melahirkan waktunya saya beristirahat *setelah menunggu dari pukul 02.00*. Esok paginya sekitar pukul 09.00 bayi mungil saya dibawa ke kamar saya. Reaksi pertama kali saat saya melihat bayi mungil itu adalah saya langsung menanyakan 1 hal penting ke perawatnya sebelum dia pergi : "Suster......bagaimana cara mengambil, menggendong dan menaruh kembali bayi ini?" hahahahaha. Menurut saya inilah cikal bakal saya gagal menyusui langsung ke bayi saya. (1). Dikarenakan tidak bisa dan takut untuk menggendong, alhasil jika si baby menangis saya langsung pencet tombol panggilan untuk memanggil perawat. Tentu saja hal ini menyebabkan rawat gabung dengan si baby tidak 100% berjalan maksimal. Setelah tahu cara menggendong, meski kaku dan takut saya paksakan untuk menggendong dan menyusui. Upsss cara menyusuinya salah dan yang tau salah cuma si baby, berhubung dia tidak bisa komplain ya uda deh kesalahan terjadi lagi (2).
Menjelang 1 hari sebelum bayi Nathan pulang, dia dinyatakan kuning. Akhirnya Nath harus disinar dan kalau disinar itu perlu minum banyak. Lalu saya paksa perah ASI saya untuk diberikan ke Nath. Tapi berhubung RS di Surabaya belum terlalu pro ASI maka dinyatakan ASI saya kurang dan harus dibantu ASIS (Air Susu Ibu Sapi) alias susu formula :(. Kalau uda dibantu sufor tentunya si baby minum pake dot, kesalahan tahap 3. Tapi untungnya saya dan bayi boleh pulang keesokan harinya.
Sangking kakunya saya menggendong bayi, sewaktu pulang dari RS si bayi digendong sama papanya *suami saya* dan saya sebagai pembawa barang-barang saya selama di RS. Sesampai di rumah mama *rumah paling nyaman di dunia*, semua sudah dipersiapkan dengan sangat amat baik. Dan malam-malam yang mencekam mulai menghantui kehidupan saya *lebay*. Nathan teramat sangat rewel, saya tetap paksakan Nath nyusu ke saya. Saya juga mencoba menyusui di tempat tidur karena saya tidak nyaman dengan menyusui posisi duduk, dan ternyata posisi saya di tempat tidur juga salah (4). Anehnya Nath kalau saya susui bisa sampai 1-2 jam, aneh kan??? dan tiap lepas dari saya dia langsung rewel. Mama bilang "masih lapar anaknya, kasi sufor aja, kasian". Ok, akhirnya Nath dikasi sufor di rumah. Awalnya diberi 30 ml sufor, terus 60 ml sufor terus sampe 90 ml ckckck. Dulu karena masih oon, saya bangga anaknya minum banyak. Ternyata sufor membuat Nath sering kembung dan muntah *kekenyangan*. Lalu bagaimana dengan ASI saya? yah saya tetap menyusui berjam-jam gitu dibarengi dengan makan-makanan bergizi yang disediakan oleh mama tercinta. Namun ternyata ASI saya yang nampaknya buntu itu menimbulkan pernyataan pro dan kontra dari orang-orang terdekat saya.
Yang PRO
My lovely sister : Susui terus Jet, kamu jangan stres kalau kamu stres ASI mu ga bakalan keluar. Semakin sering kamu susuin semakin bancar.
Yang KONTRA
Suami : ASImu ga cukup kali, anaknya ga kenyang, kasi sufor aja.
Mama : Kok aneh ya, kamu uda makan semua yang bergizi plus daun katuk tiap hari kok ASInya dikit ya?
karena kontranya lebih banyak maka tingkat stres saya makin tinggi, sudah anak rewel *kembung*, saya kurang tidur dan ASI ga keluar pula. Inilah kesalahan ke 5.
Setelah konsultasi dengan Ci Awi *my lovely sister*, dia mengatakan bahwa tidak mungkin anak mengenyot sampe 1-2 jam. Itu pertanda anak itu bukan menyusu tapi hanya ngempeng. Dan ngempeng itu tidak membuat ASI lancar. Ci Awi menyuruh saya untuk memompa ASI saya dan akhirnya saya memompa ASI saya tp jika kedua *maaf* susu saya sudah penuh sampe atos. Dan suatu kepuasan tersendiri kalau pumping disaat susu uda penuh. PUAS rasanya dapat susu 100ml sekali pump. Yah kesalahan 6 terjadilah sudah.
Dari awal saya melahirkan mama sebenarnya sudah berulang kali menyuruh saya ke klinik laktasi yang ada di kompleks rumah, cuma saya berpikir cuma menyusui gini aja kok perlu konsultasi dan bayar lagi. Orang kampung aja ga perlu konsultasi bisa menyusui. *ngesok euy...*
Setelah sebulan saya berjuang dan ASI tak kunjung bancar, diam-diam mama mendaftarkan saya ke klinik laktasi dan bayarnya cuma 50rb. Dari klinik itu saya baru mengetahui bbrp hal:
- Cara menyusui yang benar : duduk ataupun berbaring (menjawab kesalahan no.2 &4)
- Jangankan kenalkan botol, nanti anak bisa bingung puting. Bingung puting artinya anak lebih menyukai dot daripada puting mamanya. Mengapa demikian? Karena aliran dot lebih lancar dari awal sampai akhir dan tidak diperlukan usaha keras buat meminumnya. Sedangkan ASI memerlukan usaha ekstra buat mengenyot.(menjawab kesalahan no.3)
- Jika ibu bekerja, gunakan sendok atau gelas untuk memberikan ASI. Hal ini dikarenakan gerakan menyusu ibu itu = gerakan menelan sedangkan gerakan menyusu dot = gerakan menghisap *silahkan dipraktekan perbedaannya*. Tapi saya tidak telaten menggunakan sendok, apalagi saya bekerja, bisa-bisa ASI saya yang terbuang lebih banyak daripada yang diminum anak saya. Karena yang memberikan ASI kan si pengasuh.
- ASI sangat dipengaruhi oleh hormon Prolaktin dan Oksitosin, dari pengalaman saya hormon Prolaktin sangat tinggi setelah seorang ibu melahirkan sedangkan hormon Oksitosin sangat dipengaruhi oleh tingkat stress seorang ibu. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat menenangkan dan memberi kepercayaan diri kepada ibu menyusui dan ini mengakibatkan hormon Oksitosin meningkat. Inilah cikal bakal istilah Ayah ASI. Dukungan suami tentu saja yang utama dalam hal ini, buat suami-suami : dukung istri anda dalam memberi ASI! (menjawab kesalahan no.5)
- ASI akan semakin lancar jika sering dikeluarkan. Dari hasil seminar ASI dikatakan, ketika payudara semakin sering dikosongkan, maka otak akan semakin sering memberi perintah untuk memproduksi ASI. So jangan tunggu sampe payudara anda mau meledak baru dipompa hahahaha. (menjawab kesalahan no.6).
- Menyusui yang benar durasinya 5-15 menit saja.
Melanjutkan kisah Nath ya... sepulang dari konsultasi ASI saya langsung memutuskan untuk full ASI tanpa sufor. Ternyata anak saya malah marah-marah tiap mau disusui dan tenang kalau sudah dikasi sufor. Dan saya simpulkan anak saya sudah terlanjur bingung puting. .Tapi niat saya untuk menyusui belum pudar. So saya putuskan tidak menyusui langsung tapi ASI saya taruh di dot. Saya putuskan untuk pumping 2 jam sekali, berapapun hasilnya akan saya berikan ke anak saya meski dibantu susu formula. Tapi Puji Tuhan Nath tidak perlu konsumsi sufor banyak-banyak, karena Ci Awi datang dari Jakarta dengan membawa oleh-oleh ASI 30 btl buat Nath. Saya juga diajari Ci Awi cara massage payudara biar lancar dan pumping menggunakan 2 tangan *tanpa alat*. Sejak saat itu Nath konsumsi ASI Ci Awi dan ASI saya sedikit demi sedikit saya tabung. Ternyata bantuan 30 botol masih kurang dan ternyata bala bantuan datang lagi untuk kedua kalinya, Ko Bobby *my bro* ditugaskan ke Surabaya dan tentu saja dengan membawa ASI 30 btl. Tapi setelah bantuan kedua saya sudah mulai surplus. Selama sisa cuti saya, 2 jam sekali saya pumping dan steril alat pumping termasuk malam hari. Jika ditanya : apakah capek? SANGAT. Kalau saat ini saya disuruh ngulang rasanya tak mampu. Setelah saya ngantor, saya pumping 4 jam sekali start jam 6 pagi hari ini sampe besok paginya, begitu seterusnya. Di kantor saya pumping jam 10 pagi dan jam 2 siang. Tiap saya pulang membawa rata-rata 4 botol ASI @100 ml. Di bulan pertama saya kerja saya masih menggunakan alat pumping elektrik saya *merk medela*, tp saya rasa waktu pumping ini menyita waktu kerja saya dan tiap pumping harus steril alat pump. Akhirnya saya mencoba cara yang diajarkan Ci Awi. Dan ternyata berhasil, cuma perlu 2 tangan yang sudah dicuci bersih hehehehe. Setelah Nath 1 tahun ASI saya mulai menurun hasilnya, tapi saya cukup puas, mungkin karena lama-lama saya capek pumping dan stock sudah menumpuk. Nath saya beri ASI sampai umur 16 bulan.
Sebagai penutup, berikut ini alasan saya memberi ASI:
- Menurut saya, ASI adalah susu dari Tuhan dan segala sesuatu dari Tuhan pastilah lebih baik ketimbang buatan manusia. Karena Tuhan sudah menyediakan maka kita harus mengusahakannya.
- Dengan memberi ASI saya bisa lebih hemat membeli susu, duitnya jadi freezer penyimpan ASI.
- Anak ASI memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik *menurut artikel dan saya meng-Amini-nya*
Selamat mencoba dan semoga berguna :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar