Sabtu, 11 Januari 2014

Iri Hati ataukah Kagum

Sebagai manusia pasti saya tidak terlepas dari kata iri hati dan kagum. Menurut saya antara iri hati dan kagum memiliki kemiripan, hanya saja iri hati memberikan efek yang negatif sedangkan kagum memiliki efek yang positif. Kedua hal ini sebenarnya adalah merupakan respon seseorang ketika melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Apakah seseorang itu menjadi tidak bersyukur akan kondisinya saat ini dan menimbulkan iri hati atau bahkan seseorang akan kagum dan terpacu untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Jika berbicara tentang iri hati, saya teringat dengan bacaan dari
Injil Matius 20:1-16 dengan perikop "Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur":
(1) Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
(2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
(3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
(4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
(5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
(6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?
(7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
(8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.
(9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
(10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
(11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
(12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
(14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
(15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
(16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Seperti diceritakan dalam perikop ini, bahwa antara pemilik kebun dan pekerja sudah memiliki kesepakatan sedinar sehari kepada pekerjanya, namun di akhir cerita ada orang yang barusan bekerja mulai pukul lima juga mendapat upah yang sama. Tidak adilkah tuan tanah ini? Jika saya pekerja yang datang pertama pasti saya akan demo dan jika saya pekerja yang datang pukul lima pasti saya akan mengucap syukur.

Tapi coba kita lihat hal ini dari sudut pandang yang berbeda, bukankah tuan tanah sudah memiliki kesepakatan sedinar sehari kepada pekerjanya, jadi dia sudah memenuhi kewajibannya kepada pekerja yang masuk pertama. Jika dia mau memberikan sedinar juga kepada pekerja yang datangnya belakangan, toh itu terserah tuan tanah kan? bukankah yang memiliki uang si tuan tanah. Menurut saya si tuan tanah ini cukup bijaksana, dia sebenarnya mau bersedekah kepada pekerja kedua, ketiga dst, namun dia tidak ingin memberikan uang secara cuma-cuma kepada para pencari kerja, karena hal ini akan mendidik mereka menjadi orang yang malas. Maka meski sudah sore si tuan tanah memanggil mereka untuk bekerja di ladangnya.

Di akhir cerita tuan tanah berkata : Iri hatikah engkau karena aku murah hati?
Sebagai orang awam, saya berpikir bahwa semua yang saya dan orang lain miliki adalah kepunyaan Tuhan. Tuhan telah memberikan yang terbaik seturut kehendak-Nya kepada setiap umat-Nya. Jika Tuhan ingin memberikan sesuatu yang lebih kepada orang lain pastilah Tuhan punya maksud dan tujuan-Nya sendiri dan itu pun semata-mata karena Tuhan itu murah hati. Dia yang memiliki segala sesuatu jadi Dia berhak pula untuk memberikan milik kepunyaan-Nya dengan bebas. Kita hanya diharapkan untuk senantiasa berusaha dan mengucap syukur senantiasa.

Sedangkan kalau kagum itu adalah respon kita ketika melihat rumput tetangga lebih hijau  dengan menyadari bahwa si tetangga rajin menyirami rumputnya. Rasa kagum tersebut memberikan efek positif yakni memacu seseorang untuk rajin pula menyirami rumputnya setiap hari.

Jadi apa respon anda ketika melihat rumput tetangga yang lebih hijau?

God Bless You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar